Kamis, 29 Maret 2012

METODE PENGAJARAN BAHASA ARAB

Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Implementasi metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila implementasinya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya.
Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional/ klasikal dan kedua, metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/ sintaksis, morfem/ morfologi ataupun sastra. Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah.
            Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih mengaplikasikan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf.
2. Kedua intensitas ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/ kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya.
3. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga intensitas di bidang itu memberikan “rasa percaya diri tersendiri di kalangan mereka”.
Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah intensitas untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariiqah al-mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.

A. Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)
Implementasi metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki intensitas kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik.
1. Ciri-ciri metode Qowa’id dan tarjamah adalah :
a. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah, kata mutiara, maupun kiasan-kiasan.
b. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan.
c. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/ Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
d. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab).
e. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al – itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan gaya bahasa masa klasik.
2. Aplikasi Metode Qowa’id dan tarjamah dalam proses pembelajaran :
a. Pendidik mulai mendengarkan sederetan kalimat yang panjang yang telah dibebankan kepada peserta didik untuk menghafalkan pada kesempatan sebelumnya dan telah dijelaskan juga tentang makna dari kalimat-kalimat itu.
b. Pendidik memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya ke dalam bahasa local/bahasa ibu sebagai persiapan materi pengajaran baru.
c. Selanjutnya pendidik meminta salah satu peserta didik untuk membaca buku bacaan dengan suara yang kuat terutama menyangkut hal-hal yang biasanya peserta didik mengalami kesalahan dan kesulitan dan tugas pendidik kemudian adalah membenarkan.
d. Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga sekuruh peserta didik mendapat giliran. Setelah itu siswa yang dianggap paling bisa untuk menterjemahkan, kemudian selanjutnya diarahkan pada pemahaman struktur gramatikanya.

B. Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah)
            Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al-Nutqu al-Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut:
a. Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
b. Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh peserta didik.
c. Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan pendidik/sesamanya.
e. Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
f. Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak secara mendetail.
g. Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/ diajarkan pada peserta didik.
h. Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/ media yang memadai.
Seorang pendidik sebaiknya memahami prinsip-prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan kemudian banyak mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar