Selasa, 27 Maret 2012

STRATEGI PENGUMPULAN DATA KUALITATIF

BAB II
PEMBAHASAN
STRATEGI PENGUMPULAN DATA KUALITATIF
Metode dan strategi pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan- bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya.
Didalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus berperan sebagai instrument penelitian. Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti benar- benar diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek (masyarakat) yang dijadikan sasaran penelitian. Dengan arti kata, peneliti menggunakan pendekatan alamiah dan peka terhadap gejala- gejala yang dilihat, didengar, dirasakan serta difikirkan. Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data lapangan, maka ketetapan, ketelitian, rincian, kelengkapan dan keluesan pencatatan informasi yang diamati dilapangan amat penting, artinya pencatatan data di lapangan yang tidak cermat akan merugikan peneliti sendiri dan akan menyulitkan dalam analisis untuk penarikan kesimpulan penelitian.
Pengumpulan data kualitatif menurut Lincoln dan Guba (1985) menggunakan wawancara, observasi dan dokumen (catatan atau arsip).[1] Maksudnya adalah bahwasanya dalam pengumpulan data kualitatif ada tiga metode yang dapat digunakan, yaitu:
1.      Observasi
2.       Wawancara
3.      Pengkajian Dokumen
Wawancara, observasi dan kajian dokumen saling mendukung dan melengkapi dalam memenuhi data yang diperlukan sebagaimana focus penelitian.

A. OBSERVASI
1.      Pengertian Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung[2]. Metode ini di gunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang di teliti. Dari pengertian di atas dapat di pahami bahwa observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer (pengamat).
Observasi sebagai teknik pengambilan data mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan angket. Kalau wawancara dan angket selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi di gunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam dan buila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi ini dilakukan dengan melibatkan diri secara aktif dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat yakni tinggal di lokasi penelitian dalam waktu yang relative cukup lama, sehingga mengetahui secara langsung aktifitas-aktifitas dan interaksi masyarakat dalam hal yang di teliti.
Beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Basrowi  dan Suwandi (2008) sebagai berikut:[3] 
1. Teknik pengamatan atau observasi didasarkan atas pengalam secara langsung. Karena pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakan kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya.
2. Teknik pengamatan atau observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang “menceng” atau bias. Kemungkinan menceng itu terjadi kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak antara peneliti dan yang di wawancarai, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan dengan memanfaatkan pengamatan.
5. Teknik pengamatan atau observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan (observasi) dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.
6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Pengamatan baru bisa dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data jika pengamatan mempunyai kriteria sebagai berikut:
a.       Sebelum melakukan pengamatan, peneliti telah merencanakan secara sistematik berbagai hal yang akan dimatai yang tertuang dalam pedoman pengamatan.
b.      Pengamatan harus di lakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
c.       Pada waktu melakukan pengamatan (observasi), peneliti melakukan pencatatan dalam bentuk catatan lapangan.
d.      Pada waktu melakukan observasi, peneliti juga melakukan kontrol terhadap hasil pengamatan, sehingga diperoleh validitas dan realibilitasnya.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum peneliti melakuakan observasi adalah:
a.       Perlu diklasifikasikan apa saja yang perlu di obsevasi.
b.      Setiap konsep harus ada kriterianya sehingga observer tidak kehilangan arah.
c.       Fenomena dipecah-pecah menjadi kecil, dan tidak terlalu banyak fenomena yang diteliti dalam waktu tertentu sehingga observer tidak kehilangan fenomena lain yang muncul. 
2.      Tahap-Tahap Observasi

a.       Observasi Terbuka
Observasi terbuka dapat dimulaai dengan suatu kepala kosong tanpa teori, sehingga pengamat harus berinprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak penting” dalam pagelaran social yang terjadi. Tujuan pengamatan terbuka ini adalah agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu merekonstruksi proses yang terjadi.
b.      Observasi Terfokus
Observasi terfokus merupakan salah satu jenis pengamatan yang secara cukup spesifik mempunyai rujukan pada rumusan masalah atau tema penelitian. Salah satu contoh kemungkinan focus amatan adalah dimensi-dimensi dari proses social keagamaan, budaya, tradisi, atau fenomena social lainnya.
3.      Observasi Terstruktur
Observasi ini dicirikan dengan adanya tindakan perekaman data secara terstruktur dan rinci. Misalnya, peneliti melakukan observasi kepada sebanyak mungkin masyarakat sesuai dengan pedoman pengamatan. Format rekaman yang rinci itu akan mampu memberikan gambaran yang integral tentang berlangsungnya fenomena social yang terjadi.
4.      Observasi Sistematik
Observasi sistematik di lakukan secara lebih sistematis. Peneliti melakukan pengkategorian kemungkinan bentuk atau jenis data amatan secara tersturktur.
3. Macam-Macam Observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi :
 a.      Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi participant ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap dan tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Basrowi dan Suwandi (2008:106) mendefenisikan pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan[4].
Sebagai pengamat, peneliti berperan serta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkan dapat dipahaminya. Jadi, jelas tidak pada seluruh peristiwa ia perlu berperan serta. Menjadi sebagai”anggota” kelompok subjek yang ditelitinya menyebabkan peneliti tidak lagi dipandang sebagai “peneliti asing”, tetapi sudah menjadi teman yang dapat dipercaya. Dengan tindakan demikian tanpa memandang apapun yang diperbuat oleh para subjeknya peneliti akan memperoleh pengalaman tangan pertama tentang kegiatan para subjeknya dalam arti dan pandangan subjeknya sendiri.
Ada kemungkinan pengalaman pertama dalam melakukan pengamatan berperan serta mengalami berbagai hambatan. Di dalam buku Salim dan Syahrum (2012:115) dikemukakan bahwa ada beberapa saran agar penelitian berjalan dengan baik, yaitu sebagai berikut[5]:
Jangan pedulikan apa yang terjadi di lapangan secara pribadi. Hal itu perlu di perhatikan karena apa yang akan dilakukan di lapangan itu merupakan bagian dari proses lapangan itu sendiri.
·         Rencanakan kunjungan pertama untuk menemui seseorang perantara yang nantinya akan memperkenalkan peneliti.vorang yang member izin barangkali dapat melakukannya atau setidak-tidaknya menganjurkan berkunjung kepada seseorang yang dissarankan.
·         Jangan berusaha menyelesaikan pekerjaan terlalu banyak pada hari- hari permulaan.
·         Agak pasif saja. Tunjukkan minat dan gairah atas apa yang anda pelajari, tetapi jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan, lebih- lebih di bidang yang boleh jadi menimbulkan pertentangan pendapat.
·         Berlakukalah ramah. Ketika anda diperkenalkan kepada orang- orang, tersenyumlah dan berlaku sopan. Ucapkan salam kalau anda melewati orang- orang di ruangan.

b.      Observasi Nonparticipant
Kalau dalam observasi partisipan ini peneliti terlibat langsung dengan aktivitaas orang-orang yang sedang diamati. Maka dalam observasi partisipan ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barang-barang, barang-barang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku pembeli.
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.[6]
Selanjutnya dari segi instrumensi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.

c.       Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematik, karena peneliti telah aspek-aspek apa saja yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Pengamatan atau observasi bisa dilakukan di lapangan atau laboratorium. Pengamatan atau observasi bisa terhadap manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, di mana tempatnya. Jadi, observasi tersturktur dilakukan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang variable yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Misalnya peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan bidang pemasaran. Melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.

d.      Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak tersturktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan observasi atau pengamatan, peneliti tidk menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berup rambu-rambu pengamatan.
Misalnya, dalam suatu pameran produk industry dari berbagai Negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu, peneliti dapat melakukan observasi bebas, mencatat yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.
Jadi, pada observasi tidak tersturktur peneliti tidak mengetahui aspek-aspek apa saja yang hendak diamati juga tidak terbatasi dalam pedoman observasi. Dengan kata lain, hal-hal yang hendak diamati tidak terbatas pada kisi-kisi pedoman observasi, tetapi seluruh aktivitas yang dilihat di lapangan dan sesuai dengan tujuan penelitian menjadi perhatian peneliti.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam observasi yang tidak tersturktur:
1). Isi dari pengamatan
Isi pengamatan adalah semua hal yang sekiranya masih berhubungan dengan masalah penelitian. Peneliti mengamati semua hal yang dianggapnya penting. Pada akhirnya, pengamatan secara tidak tersturktur akan mengerucut pada hal-hal yang sangat berhubungan dengan masalah atau tujuan penelitian.
2). Prosedur pencatatan hasil pengamatan
Pencatatan hasil pengamatan dilakukan pada saat di lapangan, ketika kejadian sedang berlangsung. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi bias yang terjadi. Pencatatan langsung memang mempunyai kekurangan, yaitu:
·         Konsentrasi pengamat menjadi berkurang
·         Dapat mengakibatkan tidak terjadinya sesuatu karena adanya reaksi kecurigaan dari pihak yang diamati.
3). Ketepatan pengamatan
Untuk meningkatkan ketepatan pengamatan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh peneliti partisipan, yaitu:
·         Peneliti bisa menggunakan kamera, video shotting, atau alat perekam gambar lainnya.
·         Pengamat bisa melibatkan orang lain untuk membantu pengamatan atau kekuranglengkapan hasil pengamatan.
·         Hubungan antara pengamat dan yang diamati
Sebelum peneliti melakukan observasi, maka peneliti hendaknya memperkenalkan diri kepada subjek yang akan diamati. Proses ini bisa disebut dengan proses familierisasi. Dalam bahasa etnografi disebut dengan rapport, yaitu upaya mengadakan pendekatan secara kekeluargaan dengan subjek yang hendak diamati[7]. Proses ini bertujuan agar peneliti bisa diterima kehadirannya oleh subjek yang diteliti. Ketika hubungan antara peneliti dan yand diteliti sudah akrab, dalam arti sudah tidak ada lagi kecurigaan dari pihak yang diteliti, maka proses pengamatan akan berjalan dengan baik.





[1] Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif,  (Bandung: CitaPustaka Medi, 2012), h. 114.
[2] Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.  93-94.
[3] Ibid., h.95-96.
[4] Ibid., h.106.
[5] Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h. 115.
[6] Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 109.
[7] Ibid., h. 112.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar